SukuAceh adalah masyarakat asli yang mendiami wilayah pesisir di provinsi Aceh serta sebagian wilayah pedalaman Aceh. Kelompok masyarakat ini menamakan diri mereka sebagai Ureuëng Acèh. Selain itu, etnis Aceh juga memiliki beberapa nama lain, yakni Atse, A-tse, Achin, Asji, Akhir, Lambri, dan Lam Muri. Populasi orang Aceh saat ini berjumlah 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID N8AgCj9ahLBCPYezkQGHAcIivsKS7-uZqHC55w1guyRTrM778lPJCg== Penulis Agnes. Joglo adalah salah satu rumah adat yang terkenal di pulau Jawa. Rumah Joglo memiliki desain yang unik dan sakral karena memiliki makna filosofis masyarakat Jawa. Rumah adat ini didominasi oleh kayu jati. Memiliki bentuk yang beragam, Rumah Joglo juga menunjukkan status sosial di masa kerajaan.
Palembang - Adat istiadat di Indonesia sangat beragam, mulai dari upacara adat hingga pernikahan adat. Salah satu pernikahan adat yang kerap digemari para artis maupun calon mempelai yakni menggunakan pernikahan adat sesuai dengan asal adatnya masing-masing. Seperti pernikahan adat sendiri merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan yang letaknya di tepi Sungai Musi. Palembang yang dulunya merupakan daerah kesultanan juga kental akan adat nuansa kesultanannya yang penuh makna serta bagaimana prosesi pernikahan adat Palembang dari awal hingga akhir? Berikut ini beberapa tahap pernikahan adat Palembang yang sudah dirangkum detikSumbagsel dari berbagai sumber 1. MadikDalam prosesi pernikahan di adat Palembang, ada yang namanya Madik. Madik ini prosesi pendekatan atau mendekati. Ini semacam prosesi penyelidikan terhadap keberadaan sang gadis, utusan atau perwakilan dari keluarga calon pengantin pria berkunjung ke rumah calon pengantin wanita yang memiliki tujuan untuk berkenalan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi, asal-usul, silsilah keluarga, dan yang paling penting mengamati calon pengantin wanita dan keluarga calon pengantin pria tentu tidak datang dengan tangan kosong. Mereka membawa tenong atau songket yang berbentuk bulat terbuat dari anyaman MenyenggukPada prosesi pernikahan adat Palembang selanjutnya adalah menyengguk. Tahap ini dilakukan setelah Madik terlaksana. Istilahnya seperti "memasang pagar" atau mengikat. Menyengguk ini menjadi bentuk tanda keseriusan calon pengantin pria. Tujuan dari tahap ini agar sang gadis tidak dapat diganggu oleh senggung semacam hewan musang atau tidak diganggu oleh laki-laki laki-laki akan datang mengirimkan utusan ke rumah sang gadis sambil membawa tenong/sangkek. Sebuah anyaman bambu tang berbentuk bulat atau persegi empat dan dibungkus dengan kain batik bersulam benang ini berisi aneka bahan makanan seperti telur, mentega, terigu, dan lain sebagainya. Tenlng dianggap sebagai pengikat bahwa sang gadis tidak akan diambil laki-laki saat ini tak banyak prosesi Menyengguk dilakukan oleh adat Palembang modern, karena keluarga tidak banyak ikut campur dalam prosesi pendekatan atau pengikatan calon LamaranTahap pernikahan adat Palembang berikutnya yakni mendapatkan tanggal pasti dari kesepakatan kedua keluarga, yang dilanjutkan dengan pastinya meminang atau melamar sang gadis pujaan hati calon mempelai pria. Rombongan keluarga calon pengantin pria akan datang membawa lamaran diterima, maka barang-barang hantaran akan diserahkan kemudian dilanjutkan dengan memutus "kato" atau menentukan tanggal Berasan dan Mutuse KatoProsesi pernikahan adat Palembang selanjutnya adalah berasan. Berasan sendiri dalam bahasa Melayu berarti musyawarah. Pihak keluarga yang melakukan musyawarah membicarakan persyaratan pernikahan baik adat maupun agama. Persyaratan ini juga menentukan mahar atau mas itu para utusan keluarga akan melakukan upacara pengikatan tali keluarga yakni dengan mengambil setumpuk Sasak gelungan konde dan dibagikan ke para utusan atau keluarga. Hal ini sebagai pertanda bahwa kedua keluarga telah saling mengikat untuk menjadi yang diberikan keluarga mempelai pria membawa tujuh Tenong berisi gula pasir, telur itik, emping pisang, buah-buahan, tepung terigu. Tidak hanya itu, beberapa perlengkapan lain yang dibutuhkan secara adat harus dipenuhi sesuai dengan adat masing-masing. Saat menjelang pulang, Tenong akan dikembalikan dengan aneka jajanan khas Ngeterke BelanjoProsesi adat Palembang berikutnya yakni Nganterke Belanjo. Tahap ini mirip dengan adat pernikahan Jawa yang dilaksanakan sebelum akad nikah. Prosesi yang lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita, sedangkan kaum pria hanya mengiringi belanja atau duit belanjo akan dimasukkan ke dalam ponjen warna kuning dilengkapi 12 nampan pengiring kebutuhan Akad NikahSelanjutnya, akad nikah. Menurut tradisi Palembang, akad nikah akan dilakukan di kediaman calon mempelai pria. Namun ada juga yang di kediaman calon mempelai wanita, atau disebut numpang nikah ini juga momen untuk memberikan mas kawin yang telah disepakati kedua Mengarak PacarMengarak pacar adalah prosesi yang menjadi simbol pengantin wanita menerima sang suami. Tahap ini rombongan keluarga pengantin pria tiba di rumah pengantin wanita dan akan disambut ibu sang pengantin wanita. Dalam prosesi ini juga dihadiri para sesepuh perempuan yang sudah siap membawa semangkuk kecil beras tabur dicampur receh. Nantinya beras ini ditaburkan kepada pengantin pria beserta Ngocek BawangPernikahan adat Palembang juga memiliki prosesi Ngocek Bawang yang menjadi bagian dari persiapan hari Munggah. Proses ini dilakukan dengan pemasangan tapup, persiapan bumbu masak, dan lain sebagainya. Ngocek bawang kecik ini dilakukan dua hari sebelum Munggah dan Ngocek Bawang besak dilakukan sehari sebelum MunggahPuncak dari prosesi pernikahan adat Palembang adalah munggah. Acara ini dimulai dengan kedatangan keluarga rombongan mempelai pria dengan 12 macam barang antaran seperti tiga set kain songket, kain batik Palembang, kain jumputan, hasil bumi, kosmetik, aneka kue, uang dan perhiasan, buah-buahan, dan lain sebagainya diiringi bunyi juga pertunjukan silat, adu pantun, dan sejumlah prosesi lainnya yang tentunya penuh dengan makna dan hiburan. Sesampai di rumah mempelai wanita, ibu dari mempelai wanita menyambut dengan membalur kain songket motif lepus pada punggung mempelai pria kemudian menggiring ke kamar mempelai prosesi Munggah ini, saat sudah di depan pintu kamar, mempelai pria mengetuk tiga kali, dan setelah pintu kamar dibuka, mempelai pria membuka kain yang menutupi wajah mempelai wanita yang disebut dengan buka prosesi orang tua menyuapi nasi ketan kunyit dan ayam panggang ke mempelai. Acara ini ditutup dengan sang istri memberi sirih ke suami sebagai lambang hidup saling memberi dan itulah beberapa prosesi pernikahan adat Palembang yang bisa kamu jadikan referensi untuk menggelar resepsi adat atau modern. Simak Video "Detik-detik Pos Pantau Truk ODOL Dishub-Polisi di Palembang Dibakar OTK" [GambasVideo 20detik] des/fds

Bentukhasil budaya masyarakat Provinsi Jawa Timur yang lain adalah seni kerajinan. Persebarannya meliputi seluruh wilayah Jawa Timur dengan ciri khasnya masing-masing. Hasil seni kerajinan rakyat daerah Jawa Timur antara lain hiasan-hiasan bambu, barang-barang dari kuningan, tenun, ukiran, gerabah, batu onyx, dan batik. 5.

HomeLifestyleTravelEksotis, Ini 5 Rumah Adat Jawa Tengah Beserta KeunikannyaEksotis, Ini 5 Rumah Adat Jawa Tengah Beserta KeunikannyaBukan cuma Rumah Joglo saja, lho!Jika ditanya soal rumah adat dari Jawa Tengah, Rumah Joglo pasti jadi salah satu jawaban populer. Tapi tahu nggak, sih, masih ada banyak rumah adat Jawa Tengah yang unik dan eksotis yang harus kamu tahu, Rumah Joglo, Jawa Tengah punya rumah adat lainnya seperti Rumah Limasan, Rumah Tajug, Rumah Panggang Pe dan masih banyak lagi. Rumah-rumah adat Jawa Tengah ini juga punya sisi unik atau ciri khasnya masing-masing yang menarik untuk diketahui. Penasaran? Simak 5 rumah adat Jawa Tengah unik nan eksotis yang harus kamu tahu di bawah ini!1. Rumah JogloRumah Joglo adalah satu jenis rumah adat asal Jawa Tengah yang paling populer. Rumah Joglo sendiri memiliki ciri-ciri yakni adanya empat tiang utama di bagian depan rumah. Ruangan di Rumah Joglo juga memiliki dua bagian, yakni rumah induk dan rumah bagian rumah induk, terdapat ruangan-ruangan seperti Pendopo, Pringgitan, Emperan, Senthong Kiwa, Senthong Tengah, Senthong engen. Sedangkan dalam rumah tambahan, diisi dengan ruangan yang disebut Gandhok. 2. Rumah Panggang PeBela, nama Panggang Pe ternyata berasal dari dua kata, yakni panggang dan ape yang berarti 'dijemur'. Nama ini diberikan karena pada zaman dahulu, Rumah Panggang Pe berfungsi untuk menjemur barang-barang komoditas hasil pertanian, seperti daun teh, ketela dan lain-lain. Dibandingkan dengan rumah adat Jawa Tengah lainnya, rumah Panggang Pe memiliki desain bangunan yang paling sederhana. Rumah ini lebih didominasi oleh tiang-tiang penyangga atap dibandingkan tembok. Tiang atau saka dalam Rumah Panggang Pe ini bisa berjumlah sekitar empat sampai enam buah. Uniknya, tiang-tiang yang menyangga sisi belakang rumah Panggang Pe ini biasanya dibuat lebih panjang. Alasannya, karena sisi belakang rumah ini biasanya lebih tinggi dari sisi depan yang dibuat lebih Rumah Limasan4. Rumah Tajug5. Rumah KampungTOPICrumah adatadat jawaPopbela NewsTrending 1 Baju Adat Minangkabau Perempuan palantaminang.wordpress.com. Pakaian ini disebut dengan Limpapeh Rumah Nan Gadang atau Bundo Kanduang. Baju ini merupakan simbol kebesaran bagi seorang wanita atau istri, bagaimana peran penting seorang ibu dalam sebuah rumah tangga. Makna dari Limpapeh sendiri adalah tiang tengah rumah adat Minangkabau. Jawa Tengah bersama dengan provinsi Yogyakarta merupakan daerah dengan budaya jawa yang masih sangat kental, tak heran jika masih sangat mudah untuk menemui rumah adat khas Jawa Tengah di setiap kotanya. megah banget ya. foto malveto Rumah Adat Jawa Tengah sendiri bernama Rumah Joglo, Rumah Adat Jawa Tengah ini memiliki struktur bangunan yang cukup unik dengan dibagi menjadi beberapa bagian seperti pendapa. pringgitan. dalem. sentong. gandok tengen. gandok kiwo. Selain itu Rumah Joglo juga memiliki beberapa jenis seperti Joglo Limasan Lawakan atau “Joglo Lawakan”. Joglo Sinom Joglo Jompongan Joglo Pangrawit Joglo Mangkurat Joglo Hageng Joglo Semar Tinandhu Joglo Jepara Joglo Kudus Joglo Pati Joglo Rembang Terdapat empat tiang yang menjadi penyangga utama Rumah Joglo dimana tiang utama ini masing-masing mewakili arah angin barat, utara, selatan, dan timur. Di dalam soko guru kerangka bangunan utama terdapat apa yang dikenal dengan tumpangsari yang disusun dengan pola yang terbalik dari soko guru. Rumah Joglo adalah jenis rumah yang membutuhkan banyak bahan materi rumah yang mahal, terutama kayu, pada zaman dahulu pemilik Rumah Joglo identik dengan stastus sosial yang tinggi, biasanya pemilik Rumah Joglo berasal dari kalangan ningrat atau bangsawan, tapi kini semakin mudah untuk menemukan Rumah Joglo yang dimiliki oleh orang-orang biasa. Nah, di bawah ini merupakan penjelasan mengenai bagian-bagian di dalam Rumah Joglo, rumah adat khas Jawa Tengah. Pendapa Bagian pertama adalah Pendapa atau Pendopo, Pendapa merupakan bagian paling depan Rumah Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasa Pendopo digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara-acara tertentu oleh penghuninya. Di Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek, dan tumpang sari. Pringgitan Bagian kedua adalah Pringgitan, yaitu bagian penghubung antara Pendopo dan Rumah Dalem. Pringgitan biasanya dijadikan sebagai ruang tamu. Dalem Yaitu sebuah ruangan yang berada di dalam rumah, ruangan ini bersifat pribadi yang biasanya digunakan bersantai oleh pemilik rumah. Gendok Kiwo dan Gendok Tengen Kedua ruangan ini terletak disisi samping belakang rumah, Gendok Kiwo Kiri dan Gendok Tengen Kanan biasanya digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan juga peralatan pertanian. Sentong Yaitu sebuah ruangan yang digunakan sebagai tempat istirahat, atau bisa juga disebut kamar. Nah, itulah penjelasan mengenai Rumah Joglo, Rumah Adat Jawa Tengah dengan struktur bangunan yang keren, sedangkan mengenai pengertian Pakaian Adat Jawa Tengah kamu bisa melihat info di bawah ini. Pakaian Adat di Pulau Jawa, tak hanya Jawa Tengah saja, identik dengan baju kebaya yang dipadu padankan dengan batik. Selain kebaya ada juga yang menggunakan kemben jarik yang dipakai hingga menutupi ketiak dengan pinggang yang dililit oleh stagen berwarna warni. Stagen sendiri berperan sebagai pengikat agar kain kemben yang menutupi tubuh tidak mudah lepas. Kini, pakaian adat Jawa Tengah hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja seperti pernikahan dan upacara adat. Pakaian Adat Jawa Tengah Untuk Pria pakaian adat khusus pengantin. Nama dari pakaian adat Jawa Tengah untuk pria adalah Jawi Jangkep, pakaian tradisional ini terdiri dari baju beskap, keris, stagen, blankon, alas kaki cemila dan kain jarik. Biasanya pakaian adat ini digunakan pada saat acara tertentu seperti upacara adat. Tak hanya itu saja, pemakaian aksesoris di pakaian adat Jawa Tengah ini memiliki filosofi tersendiri seperti; Blankon Memiliki makna jika seorang pria harus mempunyai pikiran yang teguh. Baju Beskap Memiliki makna bahwa seorang pria harus memperhitungkan segala perbuatan yang dilakukannya. Kain Jarik Mengisyaratkan agar seorang pria jangan sampai melakukan sesuatu dengan keliru. Keris Memiliki makna jika seorang pria harus kuat terhadap godaan setan, dan juga melambangkan sebagai keperkasaan pria. Pakaian Adat Jawa Tengah Untuk Wanita pakaian adat untuk cewek. foto tika_kartika04 Pakaian adat wanita memiliki model kebaya Surakarta, selain dengan baju batik, pakaian adat Jawa Tengah untuk wanita juga dilengkapi dengan kemben sebagai penutup dada dan kain jarik batik sebagai bawahan. Sama halnya dengan pakaian adat pria, pakaian adat wanita juga memiliki filosofi tersendiri, yaitu melambangkan kepribadian perempuan Jawa yang patuh, lemah lembut, dan halus. Kain jarik Selain sebagai penutup bagian bawah, juga memiliki arti bahwa wanita merupakan sosok yang bisa menjaga kesucian dirinya serta tidak mudah menyerahkan diri kepada siapapun. Stagen berfungsi sebagai perlambang perempuan yang mampu menyesuaikan diri. Baca Juga pakaian dan rumah adat khas Bali beserta penjelasannya Nah, itulah pengertian pakaian adat Jawa Tengah dan Rumah Joglo yaitu Rumah Adat Jawa Tengah, semoga informasi tersebut bisa membantu dan bermanfaat untukmu ya guys. Gambardan Nama Rumah Adat Papua. 1. Rumah Honai. Sumber gambar: Good News From Indonesia. Rumah adat Papua yang paling terkenal adalah rumah Honai. Rumah ini merupakan rumah tradisional Suku Dani di Wamena. Rumah Honai juga dikenal dengan nama ‘Onai’, yang artinya rumah. Pakaian Adat Jawa Tengah – Dinobatkannya batik Indonesia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tahun 2009, mendorong UNESCO untuk menegaskan kepada Indonesia agar menjaga kelestarian warisan tersebut. Sebagai provinsi yang terkenal dengan batiknya, Jawa Tengah memiliki pakaian adat berupa batik. Tapi Grameds, pakaian adat Jawa Tengah bukan hanya batik lho. Apa saja? Nah sekarang giliran kita nih bahas pakaian adat daerah ini. Budaya Jawa TengahJenis, Makna, Filosofi, dan Penjelasan Pakaian Adat1. Kain Batik2. Kebaya Jawa Tengah3. Surjan4. Kanigaran5. Basahan6. Jawi Jangkep7. Beskap8. Kuluk9. KerisRekomendasi Buku & Artikel TerkaitBuku TerkaitMateri Terkait Pakaian Adat Budaya Jawa Tengah Jawa Tengah memiliki budaya yang sangat erat kaitannya dengan budaya Jawa Kejawen. Keraton Surakarta merupakan pusat dari kebudayaan di Jawa Tengah. Oleh karenanya, Keraton Surakarta menjadi tujuan pagelaran seni dan budaya di provinsi ini. Secara garis besar, budaya Jawa Tengah terbagi menjadi dua macam, yakni Jawa Banyumasan dan Jawa Pesisiran. Kebudayaan Jawa Banyumasan merupakan hasil perpaduan budaya Jawa, Cirebon, dan Sunda. Sementara itu, Budaya Jawa Pesisiran merupakan hasil dari perpaduan budaya Jawa dan Islam. Meski terbagi menjadi dua jenis, budaya Jawa Tengah memiliki banyak kemiripan dengan DIY Yogyakarta dan Jawa Timur. Dari segi bahasa, kebiasaan masyarakat, norma, dan dialek tidak jauh beda dengan dua daerah tersebut. Wajar jika pakaian adat yang dikenakan tidak jauh berbeda dan saling memberikan pengaruh terhadap satu sama lain. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya dikenal teguh menjaga warisan leluhur. Tradisi yang lama berlangsung tersebut dijaga dan diselaraskan dengan kemajuan jaman, bahkan kemajuan teknologi dimanfaatkan penduduknya untuk memperkenalkan budaya mereka. Batik salah satunya. Meskipun banyak daerah yang memiliki jenis batik sendiri, tak dapat dipungkiri batik khas Jawa Tengah merupakan batik yang sering ditampilkan ke khalayak publik. Terkait suku, tidak dapat dipungkiri bahwa etnis Jawa mempunyai jumlah yang paling banyak di tanah air. Dan jaman dahulu, pusat-pusat kejayaan Jawa banyak yang berada di Jawa Tengah. Sebut saja Kerajaan Mataram, baik Mataram Hindu maupun Mataram Islam. Keduanya berada di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, tidak heran jika budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah menginspirasi banyak daerah-daerah lain dalam hal budaya, tak terkecuali pakaian adat. Beberapa jenis pakaian adat Jawa Tengah akan kita bahas bersama di bawah ini, Grameds. Siap-siap ya. 1. Kain Batik Tidak dapat dipungkiri bahwa Jawa Tengah memiliki beragam batik. Kain batik yang memiliki macam-macam motif inilah yang digunakan sebagai bahan baku pakaian adat Jawa Tengah. Batik telah dibuat sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan sejarah mencatat untuk pertama kalinya batik diperdagangkan pada tahun 1586 di Surakarta. Yang menjadikan batik semakin mahal adalah metode tulis pada pembuatan batik yang menggunakan tangan secara manual. Oleh karena itu, seseorang yang tulisan tangannya bagus dan lama dikatakan sedang “membatik”. Agar lebih mudah memahami pakaian adat Jawa Tengah, ada baiknya kita mengenal motif-motif kain batik Jawa Tengah lebih dulu. Batik Sido Wirasat Digunakan oleh orang tua mempelai pengantin dalam acara pernikahan. Kain ini bermakna orang tua dan mertua dapat memberikan nasehat sekaligus doa yang baik kepada anak dan menantu agar rumah tangga mereka berlangsung dengan baik, meraih derajat yang tinggi, dan semua harapan tercapai. Batik Cakar Ayam Digunakan oleh orang tua saat digelar acara Mitoni, Siraman, dan Tarub. Batik ini mewakili harapan agar sang anak yang akan menikah dapat mencari nafkah dan hidup mandiri setelah menikah, bahkan bukan hanya untuk pengantin melainkan juga keturunan mereka. Batik Grageh Wuluh Dapat digunakan oleh siapa saja dan kapan saja karena kain batik ini lazimnya digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Motif ini mengingatkan agar setiap orang senantiasa memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang jelas sehingga selalu semangat dalam menjalani hidup. Batik Parang Kusumo Batik yang hanya bisa digunakan oleh kalangan bangsawan ini mewakili harapan agar pemakainya dapat memperoleh keluhuran, kedudukan, dan dijauhkan dari segala marabahaya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Batik Kawung Picis Batik ini juga dikhususkan untuk orang-orang yang berasal dari kalangan kerajaan. Maknanya agar manusia tidak pernah lupa dari mana ia berasal, penunjuk arah empat mata angin, dan agar dapat mengendalikan nafsu hendaknya manusia senantiasa menggunakan hati nurani dalam setiap aktivitasnya. Selain batik-batik di atas, masih ada banyak jenis batik lainnya. Dan yang perlu diingat adalah, masing-masing motif memiliki makna. Di jaman sekarang, tidak banyak orang yang mengenakan batik disesuaikan dengan peran dan maksud pemilihan motifnya. Sebab tidak banyak orang yang memahami bahwa setiap motif ternyata memiliki filosofi yang berbeda. 2. Kebaya Jawa Tengah Banyak daerah yang menggunakan kebaya sebagai pakaian adat masing-masing yang dikhususkan untuk para wanita. Sebut saja Kebaya Rancongan dari Madura, Kebaya Sunda dari Sunda, Kebaya Betawi dari Betawi, dan lainnya. Sementara itu, istilah kebaya sendiri sebenarnya berasal dari Bahasa Arab Abaya yang berarti pakaian. Kebaya Jawa Tengah tentunya memiliki keunikan tersendiri. Dengan tampilan yang tampak klasik namun berkelas, kebaya Jawa Tengah sedikit menyimpan kesan misterius. Kebaya Jawa Tengah seringkali digunakan oleh mempelai wanita dalam acara pernikahan. Agar tampak mewah dan muncul aura ratu, bahan yang dipilih merupakan bahan beludru atau kain sutera. Sedangkan untuk kegiatan sehari-hari, kain yang digunakan adalah kain katun atau bahkan nilon tipis agak transparan yang dihiasi dengan sulaman atau bordiran. Namun demikian, kebaya ini juga sering digunakan acara wisuda, acara adat, menyambut kedatangan tamu, dan peringatan hari besar. Pada umumnya kebaya ini berwarna hitam. Untuk memastikan bagian dada tertutup dengan aman, wanita Jawa Tengah menggunakan kemben sebagai dalaman. Keelokan kebaya diselaraskan dengan bentuk tubuh wanita yang sedap di mata sehingga perlu stagen untuk mengencangkan bagian perut dan pinggang. Agar stagen tidak terlihat dari luar, diperlukan tapih tanjung. Di bagian bawah, para wanita Jawa Tengah mengenakan kain panjang yang disebut jarik. Kain jarik ini bermotif batik. Agar semakin terlihat anggun namun tegas, rambut wanita ditata berbentuk konde dengan hiasan bunga melati di atasnya. Agar semua kecantikan tersebut semakin sempurna, perlu sekali menambahkan perhiasan seperti subang, kalung, cincin, gelang, dan terkadang membawa aksesoris satu lagi, yaitu kipas. Penjelasan di atas merupakan kebaya tradisional sesuai dengan kebaya pada masa awal. Untuk jaman sekarang, tidak sedikit kebaya yang didesain dengan warna yang beragam dan lebih trendi karena tingginya minat masyarakat. Terlebih saat ini sudah mulai banyak kebaya yang diperuntukkan untuk wanita berhijab, tentu memerlukan penyesuaian agar dapat menutup aurat dengan sempurna. Budaya memiliki filosofi tersendiri mengenai pemakaian kebaya. Kesabaran dan lemah lembut merupakan makna yang tersimpan dalam kebaya. Jika diperhatikan seksama, potongan kebaya selalu mengikuti bentuk tubuh. Artinya, perempuan Jawa diharuskan bisa menyesuaikan diri dan menjaga diri sendiri di manapun mereka berada. 3. Surjan Pakaian ini dulunya diperuntukkan khusus untuk anggota kerajaan yang berasal dari bangsawan ataupun abdi dalem aparatur sipil. Sehingga tidak sembarang orang dapat memakai pakaian Surjan. Umumnya pakaian Surjan digunakan saat acara resmi berlangsung. Baju Surjan tampak mirip dengan beskap disertai motif lurik-lurik coklat dan hitam yang id bagian depannya terdapat saku. Bawahannya merupakan kain panjang bermotif batik yang dililitkan di pinggang dan panjangnya hingga mata kaki. Sebagai penutup kepala, para pria dapat menggunakan blangkon yang terbuat dari kain batik. Kain tersebut dililitkan di kepala lalu diikat. Untuk saat ini, dapat ditemukan blangkon instan yang sudah jadi sehingga memudahkan para pria untuk mengenakannya. Dalam tradisi Jawa, disebutkan bahwa laki-laki memiliki rambut panjang adalah aib sehingga harus ditutup dengan blangkon. Di bagian belakang blangkon dapat Anda temui tonjolan yang disebut mondolan. Sementara itu, jika Grameds perhatikan dengan teliti, akan Anda temukan dua ikatan di bagian belakang yang melambangkan dua kalimat syahadat yang diikat dengan kuat. Artinya, hendaknya seseorang yang memakai blangkon memegang teguh pada ikatan yang kokoh, yakni ajaran Islam. 4. Kanigaran Dulunya, Kanigaran merupakan pakaian yang sering digunakan oleh para raja. Dari penampilannya saja sudah menampakkan keagungan dan kekuasaan. Namun saat ini sering digunakan untuk acara pernikahan. Untuk pria, atasan pakaian adat Jawa Tengah satu ini berupa beskap berkerah yang terbuat dari beludru halus dan dihiasi sulaman-sulaman emas di bagian depan dan kedua ujung lengan. Agar tampak mewah dan elegan ditambahkan kesan mengkilap. Sementara untuk wanita, juga mengenakan warna yang senada dengan prianya namun tanpa kerah. Bagian bawah kanigaran adalah Dodoran atau Kampuh yang berbeda dengan kain jarik biasa. Dibandingkan dengan jarik biasa, dodotan relatif lebih berwarna. Pemakaian Dodot tidak cukup hanya dililitkan di pinggang, namun juga disampirkan di tangan. Baca juga Tari Jaipong 5. Basahan Selain pakaian Kanigaran, pakaian Basahan juga sering dipakai oleh para pengantin saat pernikahan mereka. Setelan pakaian ini merupakan warisan dari Kerajaan Mataram yang menjadi kerajaan besar di Jawa. Penampilan Basahan sangat mencolok karena tidak memakai atasan untuk menutup tubuh bagian atas. Riasan yang digunakan ketika memakai Basahan dinamakan Paes Ageng Kanigaran. Para pria tidak menggunakan baju alias bertelanjang dada. Di bagian dada terdapat semacam kalung yang melambangkan kemewahan. Untuk bawahan, para pria menggunakan kain dodot yang menutupi pusar. Sebagai penutup kepala, pengantin pria mengenakan kuluk yang memiliki beberapa macam warna. Tidak lupa para pria membawa senjata berupa keris untuk menunjukkan kekuatan. Sementara itu, para wanita membiarkan bahu dan dada bagian atas terbuka. Agar tetap sopan, para wanita menggunakan kemben untuk menutupi tubuh bagian atas lainnya. Sementara bawahannya, para wanita juga menggunakan Dodot. Rambut ditata membentuk konde dan dihiasi dengan bunga-bunga di atasnya. Di lehernya juga menjuntai kalung yang indah. Baik pria maupun wanita, di kedua pangkal lengannya terdapat hiasan. Secara keseluruhan, filosofi yang terkandung dalam pakaian ini sangat dalam. Dengan menggunakan pakaian ini, pengantin dianggap telah berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Makna tersebut disimbolkan melalui busana dan tata rias yang digunakan. Busana Basahan mengandung harapan agar mempelai dapat menjalani rumah tangga yang harmonis, sejahtera, bahagia, dan dapat berjalan selaras dengan alam. Buku Yang Akan Menambah Wawasanmu Tentang Pakaian Adat Jawa Tengah dan Nusantara 6. Jawi Jangkep Bisa dikatakan, pakaian adat Jawa Tengah yang resmi adalah pakaian Jawi Jangkep. Pakaian ini didominasi oleh warna hitam pada atasannya dan digunakan oleh pria. Pasangan dari pakaian ini adalah Kebaya Jawa Tengah. Sehingga para wanita yang menyertai pasangannya saat acara resmi mengenakan pakaian Jawi Jangkep. Pakaian ini berupa beskap hitam yang disertai motif bunga keemasan di bagian tengahnya. Beskap ini berkerah agak tinggi dan tidak memiliki lipatan. Di lehernya, pria Jawa Tengah mengenakan untaian bunga melati yang dikalungkan. Bagian depan dan belakang sebelah bawah baju Jawi Jangkep ini sengaja dibuat tidak simetris. Bagian depan dibuat lebih panjang dibandingkan bagian belakang sebagai antisipasi untuk menyimpan keris. Peletakan keris di belakang bermakna agar manusia dapat menolak segala rupa godaan setan dan keris merupakan simbol perlawanan. Baju Jawi Jangkep tersebut diselaraskan dengan kain jarik panjang yang dikenakan dengan cara melilitkannya di pinggang. Sebagai penyempurna, digunakan penutup kepala berupa blangkon. Arti penggunaan blangkon sendiri untuk menunjukkan bahwa laki-laki yang memakainya adalah laki-laki yang menutupi aib. Pakaian Jawi Jangkep yang berwarna hitam digunakan untuk acara-acara resmi. Sementara pakaian Jawi Jangkep Padintenan memiliki warna selain hitam dan biasanya digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Sebagai informasi tambahan, pakaian Jawi Jangkep juga dikenal dengan Piwulang Sinandhi. Kancing yang terpasang di dalam beskap memberikan isyarat agar pria Jawa Tengah selalu bertindak cermat dan penuh perhitungan dalam melakukan segala sesuatu. 7. Beskap Pada awalnya, beskap dan pakaian Jawi Jangkep merupakan satu kesatuan. Dengan kata lain, beskap merupakan bagian dari pakaian Jawi Jangkep. Namun seiring berjalannya waktu, beskap seringkali dipakai oleh pria secara terpisah. Warna kain yang sering digunakan untuk membuat beskap adalah polos atau hitam. Dengan desain sederhana dan kerah lurus tanpa lipatan, model beskap dibuat tidak simetris sebagai berjaga-jaga untuk menyimpan keris. Selama ini, dikenal empat macam jenis beskap di Jawa Tengah. Pertama, Beskap Gaya Jogja berkiblat pada pakem Keraton Yogyakarta. Kedua, Beskap Landung dengan bagian depan lebih panjang. Ketiga, Beskap Gaya Kulon yang sering digunakan di daerah Purwokerto, Tegal, Banyumas, dan daerah-daerah lain yang dekat dengan Jawa Barat. Keempat, Beskap Gaya Solo yang mengacu pada pakem Keraton Surakarta. 8. Kuluk Sama fungsinya seperti blankon, yaitu sebagai penutup kepala pada pria. Hanya saja, bentuk dari kuluk lebih tinggi dan strukturnya lebih kaku. Penggunaan Kuluk diselaraskan dengan pemakaian pakaian Basahan atau Kanigaran dan dulunya dipakai oleh para raja atau Sultan. Saat ini, penutup kepala ini digunakan saat acara pernikahan oleh mempelai pria. 9. Keris Sama seperti Jawa Timur dan Yogyakarta, salah satu senjata tradisional Jawa Tengah adalah keris. Gagang keris dibuat menghadap ke kanan sebagai perlambang kecenderungan terhadap kebenaran. Kemudian ujung gagangnya seakan menunduk ke bawah untuk menandakan kerendahan hati manusia yang membawanya. Meskipun membawa senjata, pria yang menggunakan keris harus memiliki kerendahan hati. Grameds, akhirnya selesai sudah pembahaan kita mengenai pakaian adat Jawa Tengah. Jika Anda mencari SahabatTanpaBatas untuk menyegarkan dahaga akan ilmu pengetahuan, maka Gramedia siap jadi yang terdepan karena kami telah menyiapkan buku-buku terbaik untuk Anda. Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Penulis Nanda Iriawan Ramadhan ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien Berikutini daftar nama pakaian adat dan rumah adat di Indonesia yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. Rabu, 2 Juni 2021 09:34 WIB Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih Jawa Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki berbagai rumah adat yang rumah adat Indonesia yang ada di provinsi Jawa Tengah mengandung filosofi, kegunaan, dan manfaat yang di Jawa Tengah terdapat beberapa rumah adat, tapi yang paling di kenal adalah oleh masyarakat luar adalah rumah rumah adat selain rumah Joglo beragam dan mempunyai berbagai keunikan Tengah sendiri dibentuk sebagai provinsi pada zaman Hindia Belanda, tepatnya di tahun masa tersebut, rumah adat digunakan sebagai status sosial karena itu, masyarakat yang memiliki status sosial tinggi biasanya akan membuat rumah adat Joglo yang biasanya hanya bisa dibangun oleh kalangan kerajaan dan bangsawan memang untuk membuat rumah adat Joglo sendiri membutuhkan biaya yang besar untuk mendapatkan pembuatannya yang mahal, masyarakat dengan status sosial rendah lebih memilih untuk membuat rumah tradisional tradisional tersebut diantaranya adalah rumah Limasan, rumah Tajug, rumah Kampung, dan rumah Panggang seiring berjalannya waktu, sekarang ini rumah Joglo sudah bisa dibangun oleh berbagai kalangan dan tidak jarang digunakan sebagai gedung perkantoran dan Rumah Adat di Jawa TengahSecara umum, terdapat lima bangunan rumah adat yang ada di Jawa rumah adat tersebut, tentu saja memiliki ciri khas, filosofi, kegunaan, keunikan, dan desain arsitekturnya Rumah Adat Joglo2. Rumah Adat Limasan3. Rumah Adat Panggang Pe4. Rumah Adat Tajug5. Rumah Adat Kampung1. Rumah Adat JogloRumah adat yang pertama yaitu rumah adat Joglo yang memang sudah sangat terkenal dan menjadi ikon tersendiri bagi provinsi Jawa dari rumah adat Joglo ini terletak pada desain atapnya yang tinggi dan disangga menggunakan empat tiang yang disebut dengan “soko guru”.Jika dilihat dari bentuknya, rumah Joglo ini memang terlihat lebih besar dan megah jika dibandingkan dengan rumah adat Jawa Tengah ukurannya yang luas dan bentuknya yang megah, tidak heran jika rumah Joglo pada umumnya dimiliki oleh orang kalangan menegah keatas seperti unik tersebutlah yang mempengaruhi mitos masyarakat Jawa Tengah bahwa rakyat jelata tidaklah pantas untuk mendirikan dan mendiami rumah luasnya, rumah Joglo pada umumnya dibagi menjadi lima bagian berikutPendopoBagian pertama yaitu pendopo yang mana letaknya berada di paling depan komplek rumah pendopo ini berguna untuk menyambut tamu, menggelar rapat penting, dan kegiatan sosial adalah bangunan yang menghubungkan antara bangunan pendopo dengan bangunan itu, bangunan ini juga berguna sebagai tempat ringgit yang berarti wayang atau bermain umumnya, bangunan peringgitan memiliki desain atap limasan atau adalah bangunan utama dari kompleks Joglo. Kata Omah dalam bahasa Indonesia berarti umumnya desain bangunan Omah berbentuk persegi dengan menggunakan atap limasan atau atap joglo dengan lantai yang agak merupakan bagian tertutup yang didalamnya dibagai menjadi beberapa yaitu bgaian belakang dari rumah Joglo yang terdiri dari 3 umumnya ruangan bagian barat digunakan untuk menyimpan hasil panan, ruangan timur untuk menyimpan alat pertanian, dan ruangan tengah sebagai kamar pengantin Rumah Adat LimasanRumah Limasan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang, hal tersebut terbukti dengan adanya relief yang menggambarkan keadaan kala membangun rumah Limasan juga tidak boleh sembarangan, karena rumah Limasan ini memiliki nilai filosofi yang mengandung nilai-nilai Limasan diambil dari bentuk rumah yang berbentuk Limasan ini terdiri dari empat buah atap, dimana dua buah atap bernama cocor atau kejen, dan dua buah atap lainnya diberi nama kejen memiliki bentuk segitiga sama kaki yang memiliki fungsi masing-masing, sedangkan bronjong berbentuk jajar adat Limasan ini memiliki beberapa jenis, sepertiLimasan Lambang GantungLimasan Lambang SariLimasan Gajah NgombeLimasan TrajumasLimasan Semar TinandhuLimasan Lambang Gantung Rangka Kutuk NgambangLimasan Lambang Teplok3. Rumah Adat Panggang PeRumah adat Jawa Tengah selanjutnya yaitu rumah adat Panggang adat ini memiliki ciri khas yaitu terdapat empat hingga enam tiang saka digunakan sebagai rumah, kegunaan lain dari rumah adat Panggang Pe yaitu digunakan sebagai warung, kios, atau pos adat Panggang Pe juga memiliki beberapa jenis, diantaranya yaituEmpyak SetangkepGedhang SetangkepGedhang SalirangCere Gancet4. Rumah Adat TajugBerbeda dengan rumah adat Jawa Tengah yang lainnya, rumah adat Tajug ini berguna sebagai tempat adat Tajug digunakan sebagai bangunan untuk beribadah seperti jika ada yang membuat rumah adat Tajug dan dijadikan sebagai tempat tinggal, hal tersebut tentu sangat tidak bangunan rumah adat ini memiliki desain atap yang berbentuk runcing seperti bujur Rumah Adat KampungRumah adat Jawa Tengah selanjutnya yaitu rumah adat Kampung yang memiliki desain bangunan paling dari rumah adat ini yaitu terletak pada jumlah tiang yang digunakan, biasanya tiang yang digunakan berjumlah kelipatan 4 yang dimulai dari 8 tersebut pada umumnya menggunakan bahan dari kayu jati, kayu nangka, ataupun kayu adat ini memiliki atap dengan bentuk segitiga dan menggunakan penghubung atau yang disebut dengan wuwungan atau adat kampung yang biasa dimiliki oleh rakyat biasa ini memiliki beberapa jenis, sepertiKampung PokokPacul GowangApitanDara GepakInfo Rata-rata warna cat rumah adat Jawa ini yaitu coklat karena menggunakan cat Jawa Tengah memiliki 5 rumah adat yang masing-masing rumah adat tersebut memiliki keunikan, kegunaan, filosofi, dan desain bangunan yang rumah adat yang ada di Jawa Tengah adalah rumah adat Joglo, rumah adat Limasan, Rumah adat Tajug, rumah adat Panggang Pe, dan rumah adat Kampung. TradisiJawa Tengah ini merupakan upacara yang di lakukan oleh masyarakat Jawa guna menyambut bulan suci Ramadhan. Perlu diketahui, sebelum adanya agama Islam Nyadran adalah tradisi dari agama Hindu-Budha. Dan sejak adanya Walisongo di tanah Jawa para Sunan menyebarkan agama Islam dengan menggabungkan dan meluruskan tradisi-tradisi tersebut. Rumah adat jawa tengah – Indonesia identik dengan keunikan budayanya. Tidak heran bila semua daerah di Indonesia punya ciri khas masing-masing. Hal ini juga terlihat dari beragamnya pakaian adat, upacara adat, senjata tradisional, dan bentuk rumah ini kita akan membahas tentang provinsi Jawa Tengah, yang pasti identik dengan tujuan wisata. Padahal, daerah ini menyimpan banyak sejarah dan keunikan, termasuk rumah adat Jawa Tengah, yang terdiri dari beberapa simak 5 macam rumah adat Jawa Tengah dan penjelasannya berikut Adat Jawa Tengah dasarnya, orang Jawa Tengah dahulu membangun rumah berlandaskan fungsi dan status adat Joglo ini dikenal sebagai rumah untuk para bangsawan atau orang kaya. Tidak heran bila rumah ini berbahan utama kayu yang mahal dan ini memiliki ciri-ciri, yaitu terdapat empat tiang utama pada depan rumah. Di dalam ruangan juga terdapat 2 bagian rumah induk terdapat, seperti Pendopo, Emperan, pringgitan, Senthong Tengah, Senthong Kiwa, Senthong engen. Sedangkan bagian rumah tambahan, terdapat ruangan Gandhok. Rumah Adat Jawa Tengah adat Limasan ini memiliki atap berbentuk limas. Atap rumah adat ini memiliki 4 sisi dan sekilas mirip dengan rumah adat Sumatra rumah adat ini terdiri berbagai macam juga, yaitu Lawakan, Gajah Mungkur, Klabang Nyander, dan Semar adat ini biasanya terbuat dari material bata yang kokoh. Uniknya, meski rumah adat Limasan ini tidak dicat atau dibalut lapisan lainnya, tetapi tetap terlihat indah dan Adat dengan konsep rumah lainnya, rumah adat Tajug dibuat bukan sebagai tempat tinggal, melainkan untuk melaksanakan rumah adat ini tidak boleh dibangun sembarangan. Salah satu contoh rumah adat Tajug yang sangat populer di Indonesia ialah Masjid Agung adat Tajug juga terdapat beberapa macam, yaitu Lambang Sari, Mangkurat, Semar Tinandhu, dan Semar Sinongsong. Sedangkan bagian atap rumah adat ini memiliki bentuk yang hampir mirip dengan atap rumah adat Joglo. Ujung atap rumah adat Tajug juga berbentuk segitiga, yang melambangkan keabadian dan keesaan Adat Panggang dengan rumah adat lain, rumah yang satu ini termasuk paling sederhana. Rumah adat Panggang Pe memiliki bentuk dasar dari berbagai bangunan rumah adat yang tiang penyangga berjumlah 4 atau 6 yang sederhana. Biasanya, rumah adat ini hanya berfungsi sebagai warung untuk berjualan dan pos Adat adat Kampung berfungsi sebagai tempat tinggal seperti rumah adat Joglo. Namun, rumah adat Kampung biasanya hanya ditinggali oleh rakyat biasa atau kalangan sosial menengah kebawah, seperti petani, pekerja pasar, dan khusus rumah kampung adalah jumlah tiang yang berkelipatan empat. Sedangkan bangunan rumahnya, berbentuk persegi panjangd an memiliki 2 lapis tiang untuk menyangga atap penyangganya sendiri terbuat dari usuk, balok, dan kayu reng yang sifatnya kuat. Biasanya, rumah ini memiliki teras di depan dan belakang dia 5 macam rumah adat Jawa Tengah dan penjelasanya. Selain rumah adat Jawa Tengah, masih banyak lagi rumah adat yang sangat unik yang perlu Anda ketahui. Tentunya, ini akan menambah wawasan Anda dalam mengenal budaya Indonesia yang sangat kaya. MasyarakatSulawesi Tengah (Sulteng) memiliki tiga rumah adat yang menjadi kebanggaan mereka. Namun dari ketiga rumah adat tersebut, Rumah Adat Tambi menjadi yang paling unik. Rumah adat Tambi merupakan bangunan tradisional milik Suku Lore dan Kaili. Ini adalah rumah panggung yang bagian atapnya berguna sebagai dinding. Adapun, alasanya
Kalian pernah nggak ikut pawai memakai baju adat zaman tk atau saat merayakan 17 Agustus? Pasti sebagian dari kita pernah kan. Saat-saat seperti inilah para orang tua akan berlomba-lomba mendandani anak-anaknya dengan baju adat dari masing-masing daerah di Nusantara. Tentu hal ini menjadi pemandangan yang menarik karena tak hanya baju adat yang dipakaikan kepada anak-anak melainkan semua aksesoris dan kelengkapannya. Dan baju adat dari Jawa Tengah yang tidak pernah terlewatkan. Lalu apa saja jenis-jenis dari baju adat dari Jawa Tengah. Mari kita bahas bersama. Pakaian Adat Jawa Tengah dan PenjelasannyaMakna dan Filosofi Pakaian Adat Jawa TengahMacam-Macam Pakaian Adat Di Jawa Tengah1. Jawi Jangkep2. Kebaya3. Kanigaran4. Batik5. Basahan6. Jarik7. Kain Tapih Pinjung8. Stagen9. Kuluk atau Kupluk atau Kopiah atau topi10. Surjan11. Kemben12. Keris Pakaian Adat Jawa Tengah dan Penjelasannya Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 kabupaten yang ada di Pulau Jawa. Di antara kabupatennya ada yang begitu terkenal dengan berbagai objek wisata, di antaranya Semarang, Solo, Cilacap dan masih banyak lagi. Provinsi Jawa Tengah berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa tengah juga identik dengan pakaian adatnya dengan budaya dan nilai-nilai filosofisnya pakaian adat merupakan pakaian yang menunjukkan identitas dari daerah asalnya. Pakaian adat ini masuk dalam semua universal, mulai dari kakek, nenek, pria wanita dewasa bahkan untuk anak laki-laki dan perempuan. Penggunaan baju adat dapat terlihat saat pernikahan dan acara-acara yang mewajibkan menggunakan jenis baju tersebut. Keunikan dari baju adat satu ini yaitu dapat mengembangkan desain pakaiannya. Dengan tujuan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya. Makna dan Filosofi Pakaian Adat Jawa Tengah Setiap suku di bumi Pertiwi mempunyai baju adatnya masing-masing dengan model dan corak yang juga berbeda. Penggunaan baju adat diberi nama dan memiliki sertai filosofi tersendiri. Contoh makna dari pemakaian baju adat Jawa tengah yaitu melambangkan kekayaan khasanah budaya khususnya provinsi Jawa Tengah. Salah satu baju adat Jawa Tengah yaitu kebaya mempunyai filosofi tersendiri. Pakaian wajib yang dimiliki setiap perempuan di pulau Jawa ini menyimbolkan kehalusan kepatuhan dan tidak tanduk pemakainya harus disertai sikap yang lemah lembut. Pemakainya akan selalu terlihat anggun dalam balutan kebaya. Kemudian kebaya tak akan lengkap jika tak dipasangkan dengan kain jarik. Kain jarik akan dililitkan pada penggunanya, dan memang akan membuat sang pemakai merasa kesulitan dalam bergerak gesit dan cepat. Penggunaan kain jarik tidak asal di pasang. Lilitan kain jarik menyimbolkan seorang perempuan Jawa Tengah wajib bisa diatur dan identik dengan pribadi lemah lembut. Selain itu, kebaya juga mempunyai bermakna sosial yaitu seorang perempuan harus menjaga kewanitaannya dan tidak mudah menyerahkan kepada sembarang orang. Seperti cara berpakaian yang rapi dan serapat mungkin, ditambah dengan penggunaan stagen. Macam-Macam Pakaian Adat Di Jawa Tengah Jawa Tengah mempunyai beragam baju adatnya yang tidak sembarang dalam penggunaannya. Berikut macam-macam pakaian adat Jawa Tengah beserta penjelasannya. 1. Jawi Jangkep sumber Jawi Jangkep merupakan pakaian yang di khususkan bagi kaum pria yang berasal dari adat Keraton Kasunanan Surakarta. Pakaian yang digunakan oleh abdi keraton saat ada kegiatan resepsi pernikahan. Jawi jangkep terbagi menjadi dua, ialah Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep padintenan keseharian. Tetapi pemakaian jawi jangkep padintenan sudah mulai ditinggalkan apalagi dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian ini identik dengan baju atasan yang disebut beskap yang berwarna hitam dan bawahannya seperti kain jarik yang dililit. Sama halnya dalam pemakaian kebaya dengan kain jarik. Jika jawi jangkep padintenan keseharian atasanya boleh warna lain selain hitam,karena warna hitam dikhususkan untuk acara formal saja. Tak hanya pakaian atasan dan bawahan berupa kain jarik, jawi jangkep juga mempunyai aksesoris yang juga wajib digunakan. a. Topi atau penutup kepala yang digunakan yaitu blankon atau destar b. Atasan baju pada bagian belakang akan jauh lebih pendek dibandingkan bagian dengan yang berfungsi sebagai tempat keris c. Stagen juga harus digunakan sebagai pelengkap d. Tak lupa ikat pinggang yang disebut epek, timang, dan lerep e. Kain bawahan atau kain jarik f. Keris atau wangkingan yang disematkan pada bagian belakang g. Alas kaki yang wajib digunakan yaitu canilan atau selop khusus laki-laki 2. Kebaya sumber Budaya Jawa tak akan jauh-jauh kebaya, pakaian yang mempunyai filosofi tersendiri dalam penggunaannya. Kebaya menjadi saksi bisu berkembangnya negara ini, mulai dari kerajaan-kerajaan hingga merdekanya Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kebaya tak pernah kehilangan pamor dan peminatnya. Dahulu kebaya hanya boleh digunakan oleh perempuan-perempuan bangsawan dan perempuan kolonial. Pada tahun 1817 jenis kebaya masih berbahan brokat, sutra dan beludru dengan bagian depan baju akan sedikit terbuka tapi disatukan kembali dengan bros tepat di depan dada. Zaman sekarang baju kebaya berupa tunik atau blus dengan kain yang tipis dan bermotif khusus digunakan kaum wanita. Dengan bahan utama berupa kain tipis yang dipasangkan dengan kain jarik, songket maupun sarung yang dililitkan pada sang pemakai. Sejarah kebaya juga adalah loh. Kata kebaya berasal dari Bahasa Arab, yaitu abaya artinya pakaian. Konon pakaian adat Jawa Tengah ini dibawah dari Tiongkok, hingga akhirnya dipengaruhi akulturasi budaya Jawa saat tiba di pulau terbesar kelima di negara ini. Hingga saat ini kebaya selalu mengalami perubahan dalam model atau desainnya yang eksis selalu mengikuti perkembangan dunia mode. 3. Kanigaran sumber Dahulu pakaian kanigaran adalah pakaian yang khusus digunakan bagi golongan bangsawan. Pada masa pemerintahan Sultan HB IX, pakaian kanigaran sudah bisa digunakan untuk semua golongan masyarakat. Baju yang terdiri dari kain hitam beludru lengkap dengan dodot. Jenis pakaian ini biasanya dikenakan oleh pengantin saat acara pernikahan. Motif yang diaplikasikan dalam pakaian ini dirancang dengan berbagai pertimbangan dari segi budaya dan estetikanya. 4. Batik sumber Batik tak lepas dari baju warga Indonesia dan bahkan wajib digunakan dalam lingkungan sekolah hingga perkantoran. Batik adalah kain yang digambar dengan alat yang disebut canting dan catnya dari cairan lilin dengan motif yang berbeda-beda. Ada beberapa metode dalampenggambaran motif batik ada yang di lukis, cetak, atau printing. Dan batik diperkirakan ada di Indonesia sekitar tahun 700-an dari buku yang ditulis Rens Heringa dengan judul Fabric of Enchantment Batik from the North Coast of Java 1996. Batik pertama kali di perkenalkan oleh orang yang berkebangsaan India,yang putranya dinikahkan dengan putri Raja Lembu Amiluhur Jayanegara raja Kerajaan Janggala. Jadi primadona dari pakaian adat Jawa Tengah, batik bisa bisa digunakan dalam berbagai acara formal maupun non formal yang bisa dikreasikan dengan berbagai aksesoris maupun bisa dikembangkan dengan berbagai desain pakaian. 5. Basahan sumber Basahan adalah salah satu jenis pakaian adat Jawa Tengah yang digunakan oleh pengantin. Pakaian basahan tak akan lengkap tanpa tata riasnya. Sebenarnya tata riasan dan pakain basahan berasal dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Bentuk tata rias tertinggi dalam Keraton Surakarta Hadiningrat yaitu pakaian basahan dan tata riasnya dan dahulu pakain adat ini hanya boleh digunakan oleh keturunan putra-putri Sultan,Sunan atau Raja yang sedang berkuasa. Seiring berkembangnya zaman, busana ini sudah bisa digunakan oleh segala lapisan masyarakat di Jawa Tengah. Dengan tujuan memakai tata rias dan pakaian basahan ini pengantin akan terlihat agung, anggung dan artistik. Rangkaian busana basahan ini dikenakan dari acara akad hingga upacara “Panggih”. Pengantin akan mengenakan bawahan kain batik dengan warna dasar tertentu, seperti warna hijau yang disebut “Gadung Mlati”. Dan motifnya, yang dilukis dengan air emas atau motif alas-alasan yang diprada. Untuk hiasan rambut pengantin akan menggunakan cundhuk mentul atau yang biasa disebut kembang goyang dengan motif bunga-bunga bahkan hewan. Konon busana pengantin basahan tercipta karena adanya perjanjian Giyanti. Yakni saat semua gaya atau desain busana yang ada di Keraton Surakarta Hadiningrat dibawa menuju Keraton Yogyakarta Hadiningrat, sebagai hadiah dari Susuhunan Paku Buwono II kepada putranya, Pangeran Mangkubumi. Ciri khas dari baju ini yaitu pada rangkaian busana yang dikenakan pengantin wanita, yang sanggulnya memakai Paes Ageng dan peci yang menjulang tinggi bagi pengantin laki-laki. Jika baju adat lainnya pengantin pria akan menggunakan baju atasan berbeda dengan basahan yang pria akan bertelanjang dada atau tidak memakai baju. Sedangkan bawahannya kedua pengantin akan memakai kain batik dengan motif yang sama, bagi pria akan memakainya sebagai Dodotan dan wanita sebagai kemben. Tak lupa pengantin akan dipakaikan beragam aksesoris seperti gelang kaki, gelang tangan hingga kalung. 6. Jarik sumber Jarik adalah kain dari Indonesia yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Jarik adalah selembar kain yang digambar dengan motif batik yang beragam. Penggunaan jarik juga beragam, mulai dari alas tidur untuk anak bayi bahkan sebagai kain gendongan agar sang bayi nyaman. Makna jarik dalam bahasa Jawa ialah Aja gampang sirik’, yang berarti jangan mudah iri hati’. Kain jarik berukuran sekitar x meter sampai x 11 meter dengan motif yang beragam tergantung status sosial penggunanya dan cara pemakaiannya. Motifnya pun berbeda karena setiap motif memiliki makna tersendiri. Misalnya motif sekar jagad, sidomulyo, sidomukti dan masih banyak lagi motif yang terkenal pada kain jarik. Karena motif kain juga menggambarkan asal setiap daerahnya. Ketika seseorang memakai kain jarik, mereka akan berjalan dengan hati-hati, khususnya bagi wanita akan berjalan sangat anggun dan lemah lembut kelihatannya. Diera modern kain jarik akan digunakan sebagai bawahan dari busana kebaya. 7. Kain Tapih Pinjung sumber Pasangan untuk busana kebaya yaitu kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik yang dililitkan pada bagian pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitan pada pinggang pengguna maka harus menggunakan stagen yang juga dililitkan di bagian perut berkali-kali sesuai ukuran panjang stagen. Stagen kemudian ditutupi kain atau selendang pelangi yang berwarna cerah agar tidak terlihat dari luar. 8. Stagen sumber Stagen adalah sebuah kain yang digulung setelah memakai kain tapih pinjung untuk menahannya agar tidak jatuh ketika digunaka. Stagen termasuk dalam pelengkap baju adat saat menggunakan beskap dan kebaya. Stagen sama halnya dengan kemben yaitu kain panjang yang digulung. Pakaian dalam in juga digunakan untuk terapi perut agar tidak terlalu besar. Namun, zaman sekarang bahan dasar dari kain stagen sudah jarang ditemukan. 9. Kuluk atau Kupluk atau Kopiah atau topi sumber Penutup kepala yang terkesan kaku dan tinggi. Fungsinya sama seperti blankon. Kuluk khusus digunakan oleh kaum pria saat menggunakan baju tradisional. Dahulu kuluk atau penutup kepala hanya boleh digunakan raja saat menghadiri upacara atau acara tertentu. 10. Surjan sumber Surjan merupakan salah satu model baju adat khususnya di Jawa Tengah. Pada umumnya surjan akan dikenakan oleh kaum pria tapi terkadang tidak sedikit wanita merancang surjan dalam bentuk kebaya agar bisa digunakan. Pemakaian surjan dilengkapi dengan kain jarik dan blangkon dan digunakan saat upacara adat atau acara adat tertentu. Jenis surjan yang pertama kali dibuat yaitu surjan lurik. Yang dibuat oleh Sunan Kalijaga untuk pakaian Takwa. Kata lurik berarti garis-garis yang menyimbolkan kesederhanaan yang berasal dari kata lorek. Lurik biasa digunakan oleh para pekerja di keraton dengan lurik yang besar maka semakin tinggi juga jabatan si pemakai. Motif surjan juga mengalami perkembangan, mulai dari motif garis-garis yang dibuat membujur, hingga motif kotak-kotak yang dikombinasikan dengan garis vertikal dan garis horisontal. Kemudian ada juga motif surjan ontrokusuma, yang bermotif bunga. Material kain khusus digunakan dalam pembuatan surjan ontrokusuma , yaitu kain sutra yang sudah bermotif berbagai macam bunga yang beraneka ragam. Surjan ontrokusuma hanya digunakan oleh kalangan bangsawan keraton dan pejabatnya, dan masyarakat umum tidak diperbolehkan untuk memakai pakaian ini tanpa seizin pihak keraton. Selanjutnya ada surjan motif jaquad dan motif yang terakhir. Motif ini seperti kebalikan dari motif ontrokusuma, jika motif tersebut gambaran bunga dan warnanya begitu terlihat tidak dengan motif jaquad. Motif jaquad memang bermotif dasar bunga tapi tidak tegas, warnanya pun tidak mencolok. 11. Kemben sumber Kemben adalah kain panjang yang berfungsi menutupi dada seorang wanita. Kemben digunakan dengan cara dililitkan pada bagian depan dada wanita sampai pinggul. Sebenarnya kemben hanyalah pelengkap pakaian adat, tapi pakaian satu ini sudah dari dulu digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah. 12. Keris sumber Keris memang bukanlah pakaian adat. Tapi keris sudah jadi barang wajib dalam pemakaian pakaian adat Jawa Tengah. Keris adalah salah satu senjata tradisional bahkan disebut senjata pusaka dalam budaya Jawa. Pada abad ke-9 lampau, senjata keris sudah ada di Pulau Jawa, dan hingga pada abad ke-14 senjata pusaka satu ini dijadikan lambang kebesaran di Nusantara. Bukan hanya dalam budaya Jawa menjadikan keris sebagai senjata pusakanya, misalnya seperti Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi hingga Pulau Kalimantan menjadikan keris sebagai lambang daerah masing-masing. Seiring perubahan zaman, keris digunakan sebagai aksesoris tambahan pada pakaian adat Jawa. Penggunaan keris pada pakaian adat Jawa Tengah mempunyai beberapa fungsi, antara lain a. Simbol Kejantanan Orang Jawa mengenal keris sebagai senjata yang sakit bagi mereka. Sebab itulah keris akan disematkan pada pakaian adat Jawa Tengah yang akan menyimbolkan “kejantanan” seorang pria. Penyematan keris akan menunjukkan pengantin pria terlihat mempunya kejantanan yang tidak terkalahkan. b. Perwakilan Jati Diri Selain melambangkan kejantanan pada pengantin pria, keris yang disematkan pada pakaian adat juga memberi kesan sebagai perwakilan jati diri dari penggunanya. Jati diri yang dimaksud yakni mengandung makna agar seseorang saling mengingatkan agar tidak mempunyai sifat yang tidak baik. Seperti, emosional, beringas, pemarah, sewenang wenang, mau menang sendiri dan adigan adigun adiguna. Akan ada hiasan untaian melati yang dipasang pada keris mengandung makna tersebut. c. Perwakilan Diri Karena dianggap sebagai benda atau senjata pusaka maka jika seorang pria atau pengantin berhalangan hadir saat acara penerimaan tamu, maka pengganti bisa digantikan oleh sebuah keris. Hal ini yang dianggap sebagai perwakilan diri yang cukup untuk menggantikan pengantin pria. Fungsi pakaian memang cukup beragam apalagi bagi para bangsawan. Pakain akan difungsikan sebagai hal yang estetik, religius, melambangkan strata sosial dan simbolik. Contoh fungsi estetisnya adalah menghiasi tubuh agar terlihat lebih bagus dan menarik. Sekian dulu pembahasan mengenai pakaian adat Jawa Tengah.

Pakaianadat Sumatera Barat yang bernama Bundo Kanduang ini berasal dari Minangkabau. Dan jenis baju adat yang satu ini memiliki jenis yang bermacam-macam lho. Biasanya ada dua macam yang familiar yaitu baju adat dan baju kepala desa. Pakaian Adat Sumatra Barat, foto oleh Artisanal Bistro. 3. Ulos – Sumatera Utara.

Jawa Tengah Foto dok. PixabayJawa Tengah yang merupakan provinsi di Jawa yang terletak di tengah-tengah pulau Jawa. provinsi yang memiliki ibu kota Semarang tersebut juga memiliki pakaian adat Jawa Tengah. Provinsi ini juga memiliki sederet keunikan dan ciri khas lainnya yang dapat Anda ketahui dalam ulasan berikut Adat Jawa Tengah Serta Keunikan dan Kebudayaan Jawa TengahJawa tengah yang merupakan salah satu provinsi yang memiliki lima gunung berapi aktif ini juga memiliki kebudayaan yang cukup kental. Kebudayaan dalam Jawa Tengah ini menjadi ciri khas bagi Jawa Tengah yang juga menjadi identitas dan pembeda antara Jawa Tengah dengan provinsi lainnya. Salah satu ciri khasnya adalah pakaian adat yang menjadi ciri khas Jawa buku yang berjudul Mengenal Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Adat, Dan Senjata Tradisional 200928 pakaian adat Jawa Tengah terbagi menjadi dua yaitu untuk wanita dan untuk pria. Pakaian adat wanita memakai sanggul yang diisi daun pandan wangi dan disebut bokor adat Jawa Tengah untuk wanita ini digunakan saat menikah. Dan bagian sanggul ini diberi untaian bunga melati. Untuk bajunya berupa kebaya anggun yang disertai kain batik yang bercorak sama dengan pakaian adat Jawa Tengah untuk pria. Perhiasan yang digunakan antara lain cincin, gelang, subang dan kalung. Baik wanita atau pria, keduanya menggunakan selop sebagai alas kakiSedangkan pakaian adat Jawa Tengah untuk pria menggunakan jas sikepan. Bawahannya menggunakan kain batik dengan motif parang rusak. Tak hanya itu, pakaiannya juga dilengkapi dengan penutup kepala bernama kuluk. Tak lupa juga untuk menyelipkan sebilah keris yang diselipkan di pinggang. Pakaian adat Jawa Tengah pria ini juga digunakan pula saat pernikahan yang dijadikan sebagai pasangan pakaian adat Jawa Tengah pakaian adat Jawa Tengah senjata tradisional Jawa Tengah juga cukup terkenal. Senjata tradisional Jawa Tengah tersebut adalah keris. Keris dapat menunjukan kedudukan sosial seseorang di masyarakat. Keris termasuk barang pusaka yang dikeramatkan. Umumnya senjata ini diukur pada bagian gagang dan sarungnya. Senjata lain yang terkenal adalah pedang, perisai dan dia sederet ciri khas Jawa Tengah yang menjadi identitas yang perlu diketahui masyarakat luas. Pengetahuan tentang pakaian adat Jawa Tengah dan senjata tradisional Jawa Tengah tersebut dapat menambah pengetahuan Anda tentang Jawa Tengah. Semoga bermanfaat! DA XXdl.
  • kjt9ulhux7.pages.dev/362
  • kjt9ulhux7.pages.dev/325
  • kjt9ulhux7.pages.dev/364
  • kjt9ulhux7.pages.dev/621
  • kjt9ulhux7.pages.dev/518
  • kjt9ulhux7.pages.dev/383
  • kjt9ulhux7.pages.dev/247
  • kjt9ulhux7.pages.dev/196
  • kjt9ulhux7.pages.dev/322
  • kjt9ulhux7.pages.dev/55
  • kjt9ulhux7.pages.dev/302
  • kjt9ulhux7.pages.dev/224
  • kjt9ulhux7.pages.dev/606
  • kjt9ulhux7.pages.dev/557
  • kjt9ulhux7.pages.dev/272
  • rumah adat pakaian adat makanan khas jawa tengah